Monday, February 11, 2013

KETUBAN PECAH DINI



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami masih diberikan kesehatan, kekuatan lahir dan batin sehingga Saya dapat menyeleseikan makalah yang kami beri judul “Asuhan Kebidanan ibu bersalin sectio caesaria pada Ny. P atas indikasi ketuban pecah dini, presentasi bokong “. Makalah ini kami buat sebagai persyaratan menyeleseikan praktik klinik kebidanan.
Dapat selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan semua pihak baik secara moril maupun material. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
preseptor, Kami menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam pembuatan makalah ini, maka kami mengharap kritik dan saran yang membangun sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini kearah sempurna. Demikian kata pengantar yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


                                                                                    Bireuen, 19 Februari 2011
                                                                                                Penulis



                                                                                    Lilis Saumia Anisah
                                                                                    NPM :   0801240065












BAB  I  
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Pecahnya ketuban terlalu dini merupakan resiko yang fatal bisa menyabebkan kematian ibu dan anak, tapi kita tidak tau atau ragu atas ketubanya sudah pecah atau belum, untuk Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kaseosa, rambut lanugo, atau bila telah terinfeksi berbau Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keuar dari kanalis servikalis dan apakah ada bagian yang sudah pecah Gunakan kertas lakmus : bila menjadi biru (basa) berarti air ketuban, bila menjadi merah (asam) berarti air kemih (urine), menurut penelitian lebih dari 12 % ibu yang melahirkan dengan kondisi ketuban pecah dini mengalami infeksi yang beresiko kematian ibu dan anak,  tapi  karena adanya antibiotik spektrum maka hal ini dapat ditekan dan memberi pertolongan pada pasien yang ketubannya pecah terlalu dini.
Sedangkan Presentasi bokong dalam persalinan lebih dari 3 %  kehamilan yang melahirkan dengan presentasi bokong, hal ini di sebut juga di sebut dengan kelahiran sungsang. Salah satu penyebabnya adalah Implantasi placenta di fundus atau di cornu uteri cenderung untuk mempermudah terjadinya presentasi bokong. Salah satu tindakan yang dapat di ambil untuk menangani masalah presentasi bokong adalah bedah Caesar/persalinan Ceasar, Tindakan Ceasar diperlukan jika bayi dalam presentasi bokong (breech presentation), yang berarti kaki atau bokong bayi memasuki jalan lahir terlebih dahulu.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Diharapkan mahasiswi mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu yang melahirkan dengan kondisi ketuban pecah dini dan presentasi bokong.
1.2.2 Tujuan khusus
  1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data, baik data subjektif maupun data objektif pada kelahiran ketuban pecah dini dan presentasi bokong.
  2. Mahasiswa mampu melakukan analisa data dari hasil pengkajian data.
  3. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa, masalah dan diagnosa potensial yang mungkin ada.
  4. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan pada Ibu yang melahirkan dengan ketuban pecah dini dan presentasi bokong.
  5. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun.
  6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah dilaksanakan pada Ibu yang melahirkan dengan ketuban pecah dini dan presentasi bokong.
  7. Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada Ibu yang melahirkan dengan ketuban pecah dini dan presentasi bokong.

1.3 Pelaksanaan
Laporan studi kasus ini disusun selama melaksanakan praktek Di Klinik atau BPS Hj.rosdiana Am.keb mulai tanggal 24 Januari 2011 sampai dengan 19 Februari 2011 dan pengkajian dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2011.

1.4 Sistematika Penulisan
BAB I                         PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang, tujuan, pelaksanaan dan sistematika penulisan
BAB II            TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan tentang konsep dasar bayi baru lahir normal dan konsep dasar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal.
BAB III          TINJAUAN KASUS
Menguraikan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal, pada kasus nyata sebenarnya melalui pendekatan pada klien dan keluarga
BAB IV          KESIMPULAN













BAB II  TEORITIS
 KETUBAN PECAH DINI – PRESENTASI BOKONG

2.1       LANDASAN TEORI
2.1.1    Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Bila periode laten terlalu panjang dan air ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Untunglah karena adanya antibiotik spektrum luas maka hal ini dapat ditekan.
Sampai saat ini masih banyak pertentangan mengenai penatalaksanaan PROM yang bervariasi dari “doing nothing” sampai pada tindakan yang berlebih-lebihan. Menurut EASTMAN insidens PROM ini kira-kira 12% dari semua kehamilan.
Etiologi
Penyebab dari PROM tidak atau masih belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan dalam usaha menekan infeksi.
Patogenesis
TAYLOR dkk, telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya dengan hal-hal berikut :
Adanya hipermortalitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis, dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotalitas rahim Selaput ketuban terlalu tipis Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis) Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah : multipara, malposisi, disproporsi, cervix incompetent, dan lain-lain Ketuban pecah dini artificial ( amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini
Kadang kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah pecah atau belum, apalagi bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil. Cara menentukannya yaitu dengan : Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kaseosa, rambut lanugo, atau bila telah terinfeksi berbau Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis dan apakah ada bagian yang sudah pecah Gunakan kertas lakmus : bila menjadi biru (basa) berarti air ketuban, bila menjadi merah (asam) berarti air kemih (urine) Pemeriksaan pH forniks posterior pada PROM pH adalah basa (air ketuban ) Pemeriksaan histopatologi air ( ketuban ) Aborization dan sitologi air ketuban.
PROM berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten = LP = lag periode. Makin muda umur kehamilan maka makin panjang LP-nya. Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu primi 10 jam dan multi 6 jam.
2.1.2    Pengaruh PROM  Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dulu terjadi ( amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal. Terhadap ibu Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi peurpuralis (nifas), peritonitis dan septikemia, serta dry-labour. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal-hal tersebut meninggikan angka kematian dan angka morbiditas pada ibu.

2.1.3    Prognosis
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul serta umur dari kehamilan.  Pimpinan Persalinan Ada bermacam-macam pendapat mengenai penatalaksanaan dan pimpinan persalinan dalam menghadapi PROM. Beberapa institut menganjurkan penatalaksanaan untuk PROM kira-kira sebagai berikut :
Bila anak belum viable ( kurang dari 36 minggu ) penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan berikan obat-obat antibiotika profilaksis, spasmolitika, dan roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable. Bila anak sudah viable ( lebih dari 36 minggu ) lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu dimana induksi partus dengan PGE2 dan atau drips sintosinon gagal, maka lakukanlah tindakan operatif. Jadi pada PROM penyelesaian persalinan biasa :
· Partus spontan
· Ekstraksi vakum
· Ekstraksi forsep
· Embriotomi bila anak sudah meninggal
· Sectio caesaria bila ada indikasi obstetrik

Komplikasi :
Pada anak IUFD dan IPFD, asfiksia, dan prematuritas Pada ibu Partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan post partum, atau infeksi nifas.



2.2       PRESENTASI BOKONG MURNI
2.2.1    Pengertian
Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah. Penunjuknya adalah sacrum. Sacrum kanan depan (RSA = right sacrum anterior) adalah presentasi bokong dengan sacrum janin ada di kuadran kanan depan panggul ibu, dan diameter bitrochanterica janin berada pada diameter oblique dextra panggul ibu.
2.2.2    Insidensi
Presentasi bokong dalam persalinan terdapat ± 3 % dari kehamilan. Letak sungsang dibagi menjadi :
Letak bokong murni (Frank breech) : bokong didepan, tungkai kaki lurus atas
Letak bokong kaki (complete breech) : samping bokong teraba kaki baik kedua kaki maupun satu Letak lutut : presentasi lutut Letak kaki : presentasi kaki
Dari letak-letak tersebut letak bokong murni paling sering dijumpai. Punggung biasanya terdapat kiri depan. Frekuensi letak sungsang > tinggi pada kehamilan muda dari pada aterm dan > banyak multigravida dari pada primigravida.
2.2.3    Etiologi


·1 Prematuritas
·2 Polyhidramnion
·3 Gemelli
·4 Placenta previa
·5 Panggul sempit
·6 Fibromyoma
·7 Hydrocephalus
·8 Janin besar


Faktor-faktor etiologi presbo adalah :
Implantasi placenta di fundus atau di cornu uteri cenderung untuk mempermudah terjadinya presentasi bokong.
Catatan :
Pasien merasakan gerakan anak diperut bagian bawah dan mungkin mengeluh rasa nyeri oleh karena janin menyepak-nyepak rectum. Bokong masuk panggul sebelum persalinan mulai adalah tidak lazim. Jarang pasien mengalami lightening Tidak sempurnanya bokong menutup panggul merupakan predisposisi ketuban pecah awal, dengan bahaya tali pusat menumbung. Apabila ketuban pecah sebaiknya diperiksa vaginal steril untuk menentukan keadaan cerviks dan pastikan ada tidaknya tali pusat menumbung.
Teoritis bokong adalah pembukaan cerviks yang jelek di banding kepala yang flexi sempurna. Persalinan, penurunan bagian terendah dan pembukaan cerviks diperkirakan akan makan waktu lebih lama.
Pada presentasi bokong murni tungkai bawah janin, yang flexi pada pinggul dan extensi pada lutut, terletak di depan dan dekat dengan perut janin yang mengakibatkan persalinan tak maju. Salah satu bahaya pada janin dengan presentasi bokong adalah diameter terbesar dan terkeras dating terakhir. Kepala bayi tidak sempat moulage karena kepala cepat melewati panggul Caput (edema bagian terbawah) terbentuk di bokong. Genitalia externa membengkak Keluarnya meconium pada presbo bukan berarti ada gawat janin seperti pada presentasi kepala. Meconium keluar dari usus Karena uterus menekan bagian bawah tubuh janin terhadap panggul ibu.
2.2.4    Diagnosis kedudukan
Pemeriksaan Abdominal Letaknya adalah memanjang Diatas panggul teraba masssa lunak, irreguler, dan tidak merasa kepala. Dicurigai bokong. Pada presbo murni otot-otot paha teregang diatas tulang-tulang dibawahnya. Memberikan gambaran keras menyerupai kepala dan menyebabkan kesalahan diagnostic. Punggung ada disebelah kanan dekat garis tengah. Bagian-bagian kecil ada disebelah kiri, jauh dari garis tengah dan belakang.
Kepala akan teraba sebagai sesuatu yang keras, bundar, dan melenting pada fundus uteri. Tonjolan kepala tidak ada dan bokong tidak dapat dipantulkan. Bokong harus dibedakan dari muka karena pada letak muka jika caput succedaneum besar, muka dapat disangka bokong karena kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera ossis ischii, dagu menyerupai ujung os sakrum, sedangkan mulut disangka anus. Yang menentukan ialah bentuk os sakrum yang mempunyai deretan prosesus spinosus yang disebut krista sakralis media.
Denyut jantung janin Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat. DJJ terdengar keras pada atau diatas umbilicus dan pada sisi yang sama dengan punggung. Pada RSA (Right Sacrum Anterior) DJJ terdengar paling keras di kuadran kanan atas perut ibu.
2.2.5    Pemerikasaan Vaginal
Bagian terendah teraba tinggi Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur dengan garis-garis sutura dan frontanella Bagian terendah teraba lunak dan irregular. Anus dan tuber ischiadicum terletak pada satu garis. Bokong dapat dikira muka Jika pembukaan sudah besar, pada pemeriksaan dalam dapat teraba 3 tonjolan tulang, yaitu kedua tubera ossis ischii dan ujung os sakrum, sedangkan os sakrum dapat dikenal sebagi tulang yang meruncing dengan deretan prosesus ditengah-tengah tulang tersebut. Kadang-kadang pada presbo murni sacrum tertarik kebawah dan teraba oleh jari-jari pemeriksa. Ia dapat dikelirukan dengan kepala oleh karena tulang yang keras. Sacrum ada di kuadran kanan depan panggul, dan diameter bitrochanterica ada pada diameter obliqua kanan. Kadang-kadang teraba kaki (kecuali presbo murni tidak teraba) dan harus dibedakan dengan tangan.
2.2.6    Pemeriksaan sinar-X
Sinar-X berguna baik untuk menegakkan diagnosis maupun untuk memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu. Pemeriksaan sinar-X harus dikerjakan pada semua primigravida dan pada multipara yang mempunyai riwayat persalinan sukar atau bayi-bayi yang dilahirkan sebelumnya kecil semua. Sinar-X menunjukkan dengan tepat sikap dan posisi janin, demikian pula kelainan-kelainan seperti hydrocephalus.
Prognosis PresBo Ibu Bila terjadi persalinan spontan prognosis ibu adalah baik. Laserasi tractus genitalis dan perdarahan dapat disebabkan oleh persalinan yang terlalu cepat dan dipaksakan melalui panggul yang terlampau kecil atau melalui bagian-bagian lunak yang belum cukup terbuka.
Janin Mortalitas kasar janin anatar 10 dan 20 persen. Sebab utama kematian bayi adalah prematuritas (30 persen dibanding dengan 10 persen pada presentasi kepala). Kelainan kongenital dua kali lebih sering pada presbo dibandingkan presentasi kepala dan mempunyai andil dalam kematian janin.apalagi bila ditangani penolong yang belum berpengalaman maka risikonya lebih tinggi.
Sebab-sebab kematian atau perlukaan bayi :
  • Asphyxsia
  • Trauma pada tulang kepala dan otak
  • Kerusakan akibat pertolongan yang kasar pada persalinan
  • Ukuran bayi
  • Kelainan kongenital
  • Pecahnya ketuban (kematian perinatal bayi cukup bulan naik 3 X lipat bila jarak waktu pecahnya ketubang dengan kelahiran anak > dari 24 jam. Jika periode laten antara pcahnya ketuban dengan permulaan persalinan > dari 12 jam, kematian janin naik 3 X utk primigravida dan 5 X untuk multipara. Angka-angka ini tidak berlaku bagi bayi2 prematur)

2.2.7    Klasifikasi Kelahiran Bokong yaitu :
1. Kelahiran per vaginam
  • Persalinan bokong spontan : bayi dikeluarkan dengan tenaga alamiah ibu tanpa bantuan
  • Persalinan bokong dengan pertolongan (ekstraksi bokong sebagian) ; bayi dilahirkan sampai pusat dengan tenaga alamiah ibu, bagian lain dikeluarkan oleh penolong
  • Ekstraksi bokong total : seluruh badan bayi dikeluarkan oleh penolong
    Syarat :

o   Tidak ada indikasi lain untuk bedah caesarea
o   Letak presbo sempurna
o   BB 2500-3800 gr oleh 2 pemeriksa
o   UK 36 mgg/ >
o   Tidak ada malformasi/ kemabar
o   Personalia medik memadai
o   Pelvimetri sinar X / klinis normal.


2. Sectio caesarea
Insidensinya sekitar 10 %. Dengan indikasi :
Letak bokong sempurna dengan perkiraan BB janin < dari 200 gr / > dari 3800 gr/ UK < dari 36 mgg Kepala janin dalam sikap hiperekstensi DM yg tergantung insulin
Bagian terbawah masih melayang Kesempitan panggul Riwayat persalinan sukar Terdapat indikasi obstetrik lain untuk bedah caesarea
.

2.3       PERSALINAN CAESAR
Sebagian besar wanita merencanakan persalinan pervaginam atau normal, tetapi persalinan Caesar selalu menjadi suatu kemungkinan. Dengan bedah Caesar bayi dilahirkan melalui insisi yang dibuat pada dinding perut dan rahim ibu.
Alasan Bedah Caesar adalah Persalinan Bedah Caesar yang selanjutnya disebut SC, dilakukan karena banyak alasan. Alasan yang paling sering adalah persalinan SC sebelumnya. Akan tetapi beberapa wanita yang pernah menjalani SC dapat menjalani persalinan pervaginam setelah SC. Terdapat beberapa risiko pada bekas operasi internal dari bedah Caesar sebelumnya yang dapat meregang dan terbuka selama sakit persalinan dan kelahiran berikutnya, dengan konsekuensi yang serius. Akan tetapi jika kehamilan dan sakit persalinan dimonitor dengan teliti, seorang wanita dapat menjalani persalinan pervaginam yang normal.
Persalinan SC diperlukan jika bayi anda terlalu besar untuk melalui jalan lahir. Keadaan ini disebut cephalo-pelvic disproportion (CPD). CPD mungkin diduga selama kehamilan, tetapi biasanya sakit persalinan harus diawali sebelum dapat ditegaskan.
Janin yang tertekan merupakan alasan lain untuk bedah SC. Para dokter menggunakan monitor janin selama sakit persalinan untuk mengamati DJJ dan responnya terhadap sakit persalinan. Jika DJJ mengindikasikan bayi mengalami masalah dengan kontraksi sakit persalinan, bedah SC diperlukan demi kesehatan bayi. Jika tali pusat tertekan, bedah SC mungkin diperlukan. Tali pusat dapat keluar lebih dulu atau bayi dapat menekan bagian tali pusat. Ini keadaan yang membahayakan karena tali pusat yang tertekan dapat memotong persediaan darah pada bayi.
Tindakan SC diperlukan jika bayi dalam presentasi bokong (breech presentation), yang berarti kaki atau bokong bayi memasuki jalan lahir terlebih dahulu. Melahirkan bahu dan kepala setelah tubuh bayi dapat membahayakan kepala atau leher bayi khususnya pada persalinan anak pertama. Abrupsi plasanta atau plasenta previa juga merupakan indikasi untuk dilakukannya tindakan SC. Jika plasenta terpisah dari rahim sebelum persalinan (abrupsi plasenta), bayi kehilangan persediaan oksigen dan zat gizi. Hal ini terdiagnosis saat seorang wanita mengalami perdarahan vaginal berat. Jika plasenta menutupi jalan lahir (placenta previa), bayi tidak dapat dilahirkan dengan cara lain.

2.3.1    Cara pembedahan caesar
Sebelum dilakukan pembedahan , pasien diberikan anestesi terlebih dahulu baik secara epidural atau spinal oleh ahli anestesi dan diberikan obat-obat yang diperlukan.
Dengan SC, insisi dibuat melalui kulit dinding perut hingga rahim. Dinding rahim dibedah, kemudian kantong amniotic yang mengandung bayi dan plasenta dibedah dan lahirkan bayi yang kemudian disertai dengan lahirnya plasenta. Rahim ditutup dalam lapisan dengan jahitan yang menyatu dengan kulit itu sendiri.
Sebagian persalinan cesar yang dilakukan sekarang adalah caesar bagian bawah cervik atau caesar transversal rendah.  Dulu, caesar sering dilakukan dengan insisi klasik, yaitu rahim dibedah pada pertengahan. Insisi ini tidak sembuh sebaik insisi serviks-bawah karena insisi ini dilakukan pada bagian otot rahim, sehingga cenderung terbuka karena kontraksi (dalam persalinan pervaginam setelah persalinan cesar) dapat menyebabkan perdarahan hebat dan membahayakan bayi. Jika ibu memiliki riwayat persalinan cesar klasik sebelumnya, maka persalinan cesar merupakan indikasi pula untuk persalinan selanjutnya.
Insisi-T adalah tipe insisi bedah cesar yang lain. Insisi ini membedah rahim seperti membentuk huruf T yang ditujukan untuk memberikan ruang lebih banyak untuk mengeluarkan bayi. Tapi insisi dengan tipe ini lebih mudah pecah daripada tipe insisi lainnya.

2.3.2    Keuntungan dan Kerugian SC
Keuntungan Melahirkan bayi dengan sehat dan selamat
Menghindari rasa sakit pada proses persalinan normal atau persalinan pervaginam
Kerugian Meningkatkan risiko terjadinya infeksi, perdarahan, syok hipovolemik
Kemungkinan pembekuan darah dan luka pada organ lain, seperti kandung kemih, atau rectum. Waktu pemulihan lebih lama daripada persalinan normal, untuk pemulihan total persalinan cesar dapat mencapai 4 hingga 6 mingggu.
Untuk dapat mengetahui apakah tindakan SC diindikasikan dalam persalinan, maka hal yang penting untuk dilakukan bagi ibu hamil adalah memeriksakan kehamilannya secara teratur dan komprehensif, melakukan USG pada trimester akhir kehamilan jika memungkinkan, pada tenaga kesehatan yang berkompeten seperti bidan atau dokter ahli kandungan.





























BAB III  
TINJAUAN KASUS

3.1       Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Sectio Caesaria Pada Ny.
P Atas Indikasi
Ketuban Pecah Dini, Presentasi Bokong.
Tanggal Masuk : 29 januari 2010
Tempat : Di BPS Hj.Rosdiana Am.keb
No. register : 027681

3.1.1    PENGKAJIAN
Tanggal : 10 Februari 2011 Jam : 07.15 WIB

DATA SUBYEKTIF
1. Identitas

Nama ibu                     : Ny. P            
Umur                           : 25 tahun
Suku/bangsa                : Aceh/Indonesia
Agama                         : Islam
Pendidikan                  : SMP
Pekerjaan                     : IRT
Alamat                        : Desa lhoek kulam

Nama suami                : Tn D
Umur                           : 26 Thn
Suku/bangsa                : Aceh / Indonesia
Agama                         : Islam
Pendidikan                  : SMP
Pekerjaan                     : Swasta
Alamat                        : Desa lhoek lulam

2. Keluhan utama pada waktu masuk :
Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng sejak pukul 02.00 dan keluar cairan dari vagina sejak pukul 01.00 WIB

3. Data Kebidanan
    a. Riwayat menstruasi
Menarche                    : 15 tahun
Banyaknya                  : ± 3 kali ganti tela / hari
Siklus                          : 28 hari
Keluhan                       : tidak ada
Jenis dan warna           : encer dan merah kehitaman
Lamanya                     : ± 6 hari

     b. Status Perkawinan
Kawin / tidak kawin               : kawin syah
Usia kawin pertama                : 24 tahun
Lama perkawinan                    : 1 tahun
    c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
No Kehamilan Umur               : -
kehamilan Tanggal                  : -
partus Jenis                              : -
partus Tempat                         : -
partus Penolong Penyulit        : -
Keadaan anak dan nifas yang lalu
:  -
No. Anak Nifas
                      : -
Jenis
kelamin BB (gram) PB (cm) Keadaan Laktasi Perdarahan Nifas (hari) Keterangan                             : -

     d. Riwayat Kehamilan sekarang
HPMT                         : lupa
Keluhan                       : ibu mengatakan mengalami mual muntah di awal kehamilan
ANC                           : 7 kali, di bidan, TT : 2 kali

     e. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menjadi akseptor KB jenis apapun

4. Data kesehatan
    a. Data kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit DM, hipertensi, stroke, jantung, hepatitis B, asma, TBC, dll.
    b. Data kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit DM, hipertensi, stroke, jantung, hepatitis B, asma, TBC, dll.
    c. Data kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit DM, hipertensi, stroke, jantung, hepatitis B, asma, TBC, dll.
5. Data kebiasaan sehari-hari
No.
Sebelum hamil Selama hamil
1. Nutrisi                    
- Makan                                   : ± 3 kali / hari
- Minum                     
            : ± 7-8 gelas / hari
- Jenis makanan          
            : Nasi, sayur, lauk-pauk, buah
-Makanan pantang     
            : Tidak ada
- Alergi makanan        
            : ± 3-4 kali / hari

2. Eliminasi
- BAK Frekuensi Warna  Bau
: ± 4-5 kali / hari, Kuning jernih
- BAB Frekuensi Konsistensi
: ± 1 kali / hari, lunak

3. Istirahat
- Tidur siang                : ± 2 jam
- Tidur malam              : ± 6 jam
- Keluhan                    : Tidak ada

4. Personal hygiene
- Mandi                                               : 2 kali / hari
- Keramas                                            : 3-4 kali / minggu      
- Gosok gigi                                        : 3 kali / hari
- Ganti baju dan pakaian dalam          : 2-3 kali / hari

5. Seksual
- Frekuensi                                          : ± 2-3 kali / minggu
- Keluhan                                            : Tidak ada

6.
Data psikososial dan agama

a. Hubungan ibu dengan keluarga
    Ibu mengatakan hubungannya dengan keluarga baik, keluarganya harmonis.
b. Hubungan dengan masyarakat
    Ibu mengatakan hubungannya dengan masyarakat baik, ibu aktif mengikuti   
    kegiatan sosial di desanya.
c. Kegiatan ibadah
    Ibu mengatakan bahwa ibu rajin sholat 5 waktu dan sering mengikuti pengajian di  
    desanya.

7. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Ø  Keadaan umum : Baik
Ø  Kesadaran        : Composmentis
Ø  Vital sign          : -
Ø  Tekanan darah  : 120/80 mmHg Respirasi : 20 x/menit
Ø  Nadi                 : 84 x/menit
Ø  Suhu                             : 36,5 oC
Ø  Tinggi badan                : 157 cm
Ø  BB sekarang                 : 65 kg
Ø  BB sebelum hamil        : 57 kg
Ø  LILA                            : 26 cm


2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Ø  Rambut                         : hitam kemerahan, lurus, bersih, tidak berketombe
Ø  Muka                            : tidak oedem, tidak pucat
Ø  Mata                             : conjunctiva merah muda (tidak anemis), sklera putih  
  (tidak ikterik)
Ø  Hidung                                     : tidak ada polip, bersih
Ø  Telinga                          : simetris, tidak mengeluarkan serumen
b. Leher
Ø  Thyroid                         : tidak terdapat pembengkakan kelenjar thyroid
Ø  Kelenjar getah bening : tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening
c. Dada
Ø  Mammae                       : simetris, puting susu menonjol, areola hiperpigmentasi
Ø  Axilla                            : tidak ada pembengkakan
d. Abdomen
1. Inspeksi
Pembesaran                 : memanjang, oblique
Linea alba / nigra         : terdapat linea nigra
Striae albican / livide   : terdapat striae livide
Bekas operasi              : tidak ada bekas luka operasi

2. Palpasi
Kontraksi                    : kuat, durasi 30”-40”, frekuensi 2 kali / 10 menit
Leopold I                    : TFU 32 cm, pada fundus teraba bulat melenting (kepala)
Leopold II                   : dinding perut lateral kiri teraba bagian memanjang (puki)
Leopold III                 : bagian bawah rahim teraba bulat, lunak, tidak melenting
Leopold IV                 : bagian terbawah janin belum masuk panggul
3. Auskultasi
DJJ                              : frekuensi 136 x/menit, teratur ( dopler )
             Punctum maximum terdengar jelas di kuadran kiri atas pusat
e. Genital
Pengeluaran                 : terdapat pengeluaran lendir darah, air ketuban
Inspekulo                    : tidak dilakukan
VT                               : Vulva tenang, porcio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (-),
   presentasi  bokong,bagian terendah di Hodge II,air ketuban(+)
f. Ekstremitas
Atas                             : tidak oedem
Bawah                         : tidak oedem, tidak ada varises

8. Data Penunjang

1. Laboratorium


Hasil:
Gol darah        : A
HbSAg            : (-)
HGB               : 12,0 g/dL
RBC                : 4,16 x 106 /uL
WBC               : 8,9 x 103 /uL
HCT                : 34,5 %
PLT                 : 257 x 103 /uL
MCH               : 28,8 pg
MCV               : 83 EL
MCHC            : 34,7 g / dL












3.1.2    INTERPRETASI DATA

Tanggal : 10 Februari 2011 Jam : 07.30 WIB

1. Diagnosa Kebidanan
Ny. P umur 25 tahun hamil aterm, janin hidup intra uteri, presbo, bagian terendah janin di Hodge II, inpartu kala I fase laten dengan ketuban pecah dini
Dasar :

S :
Ibu mengatakan bahwa ini kehamilan yang pertama
Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng sejak tanggal 10 Februari 2011 pukul 02.00 WIB
Ibu mengatakan bahwa air ketuban sudah merembes keluar sejak pukul 01.00 WIB

O :
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
Vital sign                     :
Tekanan darah             : 120/80 mmhg Suhu : 36,5 ºC
Nadi                            : 84 kali/menit Respirasi : 20 kali/menit
Palpasi                         :
Kontraksi                    : kuat, durasi 30-40 detik, frekuensi 2 kali/10 menit
Leopold I                    : TFU 32 cm, teraba kepala
Leopold II                   : puki
Leopold III                 : teraba bokong
Leopold IV                 : bagian terendah sudah masuk PAP
Auskultasi                   :
DJJ                              : 136 kali/ menit ( dopler )
Punctum maximum     : kuadran kiri atas pusat
VT                               : Vulva tenang, portio tebal, pembukaan 3 jari, selaput ketuban (-),
presbo, penurunan bagian terendah di Hodge II, lendir darah (+), air   
ketuban (+)



2. Masalah
Ibu merasa cemas dan kesakitan
DASAR          : Ibu khawatir terhadap kelainan yang terjadi pada kehamilannya

3. Kebutuhan
KIE tentang tindakan operatif yang akan dilakukan pada ibu
DASAR          : Ibu tidak mengetahui tentang bahaya yang akan terjadi pada dirinya serta bayi
  bila dilakukan persalinan secara spontan pervaginam

DIAGNOSA POTENSIAL
ACH ( after coming head )

ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan DSOG untuk dilakukan tindakan SC

PERENCANAAN
Tanggal : 10 Februari 2011 Jam : 07.45 WIB

  1. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janin
  2. Inform consent
  3. Kolaborasi dengan Dokter Spesialis Obsgyn dan Dokter Spesialis Anestesi
  4. Persiapan pasien
  5. Persiapan alat
  6. Persiapan obat
  7. Pelaksanaan tindakan sectio caesaria

3.1.3    IMPLEMENTASI
Tanggal : 10 Februari 2011 Jam : 07.50 WIB
  1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu mengalami kelainan pada presentasi janin dan ketuban telah pecah sehingga memerlukan tindakan SC
  2. Meminta keluarga untuk menandatangani lembar inform consent sebagai bukti persetujuan dilakukan rawat inap serta tindakan SC.
  3. Melakukan kolaborasi dengan Dokter Sp OG dan Dokter SpAn untuk pemberian terapi serta tindakan SC.
  4. Melakukan persiapan pada pasien, yaitu :
Ø  memasang infus RL 500 ml ( mengguyur ) sebanyak 2 plabot kemudian disambung 1 plabot infuse RL 20 tpm
Ø  memberikan injeksi criax 1 gr/IV
Ø  melakukan sceren ( cukur pubis ) pada ibu
Ø  memasang DC yang disambung urine bag
Ø  mengantar pasien ke kamar operasi
Ø  mengganti baju pasien dengan baju operasi
Ø  memberikan support psikologis pada ibu
  1. Melakukan persiapan alat, yaitu :


Operasi set
Incubator
Alat suction
Kain bersih 2 buah
Pembalut
Tempat placenta
Gurita ibu
Pakaian bayi
Underpad
Spuit 3 cc, 5 cc, 10 cc
Spinal needle
Masker
Handscone
Mes
HR 37 S
Kassa
Betadine
Alcohol
Saflon



  1. Melakukan persiapan obat yang dibutuhkan, yaitu :


SA
myloz
bucain 10 cc
O2
Myotonic
Induksin
Novalgin
Primperan
Meylon
Kalnex
Al-F
Salticin
Extrace
Xevolac
farnat


  1. Melaksanakan SC oleh DSOG dan tim OK





3.1.4    EVALUASI

Tanggal :10 Februari 2011 Jam : 09.15 WIB
Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis
Vital sign                     : -
Tekanan darah             : 110/80 mmhg Suhu : 36,5 ºC
Nadi                            : 80 kali/menit Respirasi : 20 kali/menit
Ø  Perdarahan pervaginam berupa lokhea rubra, warna merah kecoklatan
Ø  Ibu dan keluarga telah mengetahui tentang kondisi ibu dan janin
Ø  Telah dilakukan inform consent dengan keluarga pasien
Ø  Telah dilakukan kolaborasi dengan Dokter Sp OG dan Dokter Sp An
Ø  Pasien telah disiapkan pre operasi, yaitu :
-           terpasang infuse RL 500 ml
-           telah diberikan injeksi criax 1 gr/IV
-           telah dilakukan sceren
-           terpasang duer cateter yang disambungkan dengan urine bag
-           paseien telah dibawa ke ruang operasi
-           baju pasien telah diganti dengan baju operasi
-           ibu siap menjalani SC
Ø  Peralatan telah disiapkan, Obat-obatan telah disiapkan

Telah dilaksanakan SC pada tanggal 10 Februari 2011 jam 08.30-09.15 WIB
Telah lahir bayi dengan jenis kelamin laki-laki pada tanggal 10 Februari 2011 jam 08.45, BB 3200 gram, PB 49 cm, LK/LD : 34 cm/33 cm, A/S : 6, 8, 9. placenta lahir kesan lengkap pada jam 08.50 WIB bentuk cakram, panjang tali pusat ± 45 cm, insersi centralis, berat placenta ± 500 gram.

3.1.5    DATA PERKEMBANGAN KALA IV
Tanggal : 10 Februari 2011 Jam : 09.15 WIB
S :
Ibu mengatakan merasa kedinginan
Ibu mengatakan merasa nyeri pada luka post SC
Ibu mengatakan merasa lemas dan pusing

O :
keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis
Vital sign                     :

Tekanan darah             : 110/80 mmhg Suhu : 36,5 ºC
Nadi                            : 80 kali/menit Respirasi : 20 kali/menit
Perdarahan pervaginam berupa lokhea rubra, warna merah kecoklatan
Telah lahir bayi dengan jenis kelamin laki-laki pada tanggal 10 Februari 2011 jam 08.45, BB 3200 gram, PB 49 cm, LK/LD : 34 cm/33 cm, A/S : 6, 8, 9.
Placenta lahir kesan lengkap pada jam 08.50 bentuk cakram, panjang tali pusat ± 45 cm, insersi centralis, berat placenta ± 500 gram.
A :
Ny. P umur 25 tahun  inpartu kala IV
P :
- Observasi KU dan VS
- Observasi perdarahan
- Informasikan tentang keadaan ibu
- KIE tentang nutrisi ibu

3.1.6    EVALUASI
Tanggal           : 10 Februari 2011 Jam : 11.15 WIB
Hasil observasi KU, vital sign dan perdarahan, yaitu :
No Waktu TD (mmhg) Nadi (x/mnt) Suhu (ºC) TFU Kontraksi uterus Kandung kemih Perdarahan ( cc )
09.30 110/80 80 2 jari ↓pusat keras 300 cc ± 50
09.45 110/80 80 2 jari ↓pusat keras 350 cc ± 30
10.00 120/80 84 2 jari ↓pusat keras 400 cc ± 25
10.15 120/70 80 2 jari ↓pusat keras 430 cc ± 20
10.45 120/70 84 2 jari ↓pusat keras 480 cc ± 10
11.15 120/70 84 2 jari ↓pusat keras 550 cc ± 10

Urine yang tertampung dalam urine bag pada pukul 11.15 sejumlah 550 cc.
Telah dijelaskan pada ibu bahwa rasa dingin dan pusing merupakan pengaruh dari obat anestesi/obat bius yang telah diberikan sebelum operasi, Ibu telah mengetahui kapan ibu boleh mulai minum yaitu ± 6 jam post partum dan ibu tidak merasa mual ataupun muntah.

BAB IV PENUTUP

4.1       Kesimpulan
Tujuan utama pertolongan terhadap persalinan dengan ketuban pecah dini dan presentasi bokong adalah untuk menyelamatkan ibu dan bayi dari infeksi yang bisa terancam kematian. Sampai saat ini penyebab dari PROM tidak atau masih belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan dalam usaha menekan infeksi, sedangkan untuk kelahiran sungsang atau presentasi bokong disebabkan Implantasi placenta di fundus atau di cornu uteri cenderung untuk mempermudah terjadinya presentasi bokong, untuk hal tersebut dapat diketahui dengan Diagnosis kedudukan, Pemerikasaan Vaginal dan Pemeriksaan sinar-X, walaupun Sebagian besar wanita merencanakan persalinan pervaginam atau normal, tetapi persalinan Caesar selalu menjadi suatu kemungkinan jika terjadinya presentasi bokong. Dengan bedah Caesar bayi dilahirkan melalui insisi yang dibuat pada dinding perut dan rahim ibu.





















DAFTAR PUSTAKA

Mochtar,  Rustam. 1998. Sinopsis  Obstetri.  Jakarta :          
EGC

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Varney, Helen. 2002. Buku Saku Bidan. Jakarta :
EGC

Stoppard, Miriam. 2009. Buku Pintar Kehamilan Minggu per Minggu. Jakarta :
Mitra Media.

0 comments:

Post a Comment