Monday, February 18, 2013

BAHAYA MEROKOK


A. Definisi Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yangdihasilkan dari tanaman Nicotina tabacum, Nicotina rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa tambahan (Peraturan Pemerintah tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan).
Merokok adalah suatu kebiasaan mengisap rokok yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa dielakkan lagi bagi orang yang mengalami kecenderungan terhadap rokok.

B. Kandungan rokok
Asap rokok diidentifikasi mengandung 4000 lebih senyawa kimia. Beberapa diantara senyawa tersebut yakni : nikotin, yaitu zat yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya
 gas karbonmonoksida (CO), merupakan gas beracun yang biasa dikeluarkan kendaraan bermotor tar, merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan diketahui menjadi penyebeb kanker ammonia, merupakan bahan yang digunakan untuk mencuci lantai penghapus cat (acetone)
 racun semut putih (arsenic), pelarut industri (toluene), dll

C. Batasan Perokok
Menurut kriteria Doll tahun 1976 dikelompokkan menjadi :
a.       perokok : Orang yang telah merokok sedikitnya satu batang sehari selama sekurang-kurangnya satu tahun.
b.      bekas perokok : Orang yang pernah merokok sedikitnya satu batang sehari sekurang-kurangnya satu tahun, namun sekarang tidak lagi merokok.
c.       bukan perokok : Orang yang tidak pernah merokok sebanyak satu batang sehari selama satu tahun.



D. Jenis Perokok
Berdasarkan pengaruhnya, jenis perokok terbagi atas :
a.       Perokok Aktif
Mereka yang telah terbiasa dan nyata mengisap rokok dan menanggung sendiri akibat-akibatnya.
b.      Perokok Pasif
Mereka yang sebenarnya tidak merokok namun karena ada orang lain merokok didekatnya maka ia terpaksa harus ikut juga mengisap asap rokok dengan segala akibat-akibatnya.

Sedangkan berdasarkan jumlahnya, Alsagaff menyimpulkan jenis perokok terbagi menjadi :
a. Perokok Ringan
Merokok 1-10 batang/hari, akan meningkatkan resiko kanker lima belas kali lebih besar dibandingkan yang tidak merokok.
b. Perokok Sedang
Merokok 20-30 batang/hari, akan meningkatkan resiko menderita kanker paru 40-50 kali lebih besar dari yang bukan perokok.
c. Perokok Berat
Merokok 40-50 batang/hari, akan meningkatkan resiko menderita kanker paru 70-80 kali lebih besar dari yang bukan perokok.

E. Dampak Merokok terhadap Berbagai Aspek
1. Dampak Merokok terhadap Aspek Kesehatan
Ketika rokok dihisap, nikotin yang terkandung dalam rokok akan diserap oleh paru-paru dan dibawa dengan cepat ke dalam aliran darah, dimana ia berputar di seluruh otak. Kenyataannya, nikotin mencapai otak dalam waktu 10 detik setelah seseorang menghisap rokok. Segera setelah terpapar nikotin, terjadi suatu efek sebagai bagian dari stimulasi obat terhadap kelenjar adrenal dan mengakibatkan pengeluaran adrenalin. Adrenalin menstimulasi dan menyebabkan pelepasan glukosa, peningkatan tekanan darah, pernapasan dan detak jantung.
Hal yang tersebut diatas hanyalah merupakan salah satu efek yang ditimbulkan oleh rokok. Selain itu juga terdapat efek-efek lain dari perilaku merokok yang membahayakan kesehatan, diantaranya yaitu :
1)      Penyakit kardiovaskuler
Merokok sebagai faktor resiko pembentukan ateroklerosis menduduki peringkat teratas. Aterosklerosis merupakan penyakit dengan penyempitan dan pengerasan dinding pembuluh darah. Merokok mempunyai dosis tertentu dalam mempengaruhi faktor resiko. Perokok mempunyai kesempatan 60-70% lebih besar terserang Coronary Heart-Disease (CHD) daripada yang bukan perokok. Merokok memberikan ketidakseimbangan pada otot jantung dalam menggunakan oksigen. Tindakan menghentikan merokok dapat mengurangi pengaruh terbentuknya aterosklerosis.

2)      Penyakit kanker
Resiko terjadi kanker bagi perokok 1 pak (20 batang rokok) setiap hari memiliki kemampuan sejumlah 40 kali lebih besar dari yang tidak merokok. Perokok dan peminum merupakan sinergisme dalam resiko pembentukan kanker laring, rongga mulut dan esophagus. Kanker kandung kemih, ginjal, pankreas, lambung dan kandungan berkaitan erat dengan perokok.

3)      Penyakit paru-paru
Merokok menjadi kausa utama dalam penyakit chronic obstructive Lungdisease, yaitu penyakit bronchitis dan emfisema. Batuk kronis, produksi dahak, dan kesukaran bernapas juga didominasi oleh para perokok. Barbagai jenis bahan iritasi yang terdapat dalam rokok merupakan pencetus penyakit paru-paru. Perokok juga dikaitkan dengan penyakit infeksi pada paru-paru.

4)      Pengaruh pada kehamilan
Penurunan berat badan bayi dilahirkan dari ibu-ibu perokok, bahkan mendorong terjadinya keguguran dan kematian janin. Ibu yang merokok mempengaruhi intelegensia bayi yang dikandungnya karena mengalami kekurangan gizi yang dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang sel otak. Jika kekurangan zat gizi esensial, proses tumbuh kembang otak akan tidak optimal sehingga IQ pun lebih rendah.
Pengaruh langsung rokok adalah akibat nikotin yang terkandung di dalamnya. Nikotin ini menimbulkan kontraksi pada pembuluh darah, akibatnya aliran darah ke janin melalui tali pusar janin akan berkurang sehingga mengurangi kemampuan distribusi zat makanan yang diperlukan oleh janin. Selain itu akibat karbon dioksida
yang terkandung dalam asap rokok akan mengikat hemoglobin dalam darah. Akibatnya akan mengurangi kerja hemoglobin yang mestinya mengikat oksigen untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Sehingga rokok akan mengganggu distribusi zat makanan serta oksigen ke janin. Ini meningkatkan resiko kelahiran bayi dengan berat badan kurang, yaitu di bawah 2500 gram.    
Perlu diingat bahwa setiap hisapan rokok anda akan mengakibatkan penderitaan pada calon bayi anda. Berdasarkan penelitian, 1 dari 3 wanita yang merokok lebih dari 20 batang sehari melahirkan bayi dengan berat badan kurang. Juga resiko kelahiran prematur meningkat, yaitu rata-rata dua kali lipat dari wanita bukan perokok. Lebih dari itu resiko keguguran pada usia kehamilan antara minggu ke 28 sampai 1 minggu sebelum persalinan empat kali lebih tinggi dari yang bukan perokok. Belum lagi peningkatan resiko terjadi pendarahan dan sebagainya.
Pada dasarnya bagi wanita hamil, merokok adalah tidak dibenarkan, terlebih sama sekali tidak ada keuntungan yang didapat. Meski semua resiko di atas tidak selalu terjadi pada semua wanita perokok, namun selama masa kehamilan dianjurkan menghindari sesuatu yang sudah jelas memiliki resiko bahaya !
Bahkan setelah persalinan sekalipun sangat tidak dibenarkan untuk merokok. Ini karena saluran napas bayi masih sangat lemah, sehingga ada kemungkinan tinggi terluka oleh asap rokok. Selain itu rokok berpengaruh buruk terhadap mutu ASI. Bahkan ada hasil penelitian yang mengatakan bahwa penyebab bayi menghindar dan berhenti minum ASI adalah akibat rokok yang dihisap oleh ibu.
Apabila anda perokok berat dan sulit menghentikannya sama sekali, setidaknya diusahakan untuk mengurangi atau mengganti dengan rokok yang lebih ringan. Lebih dari itu patut diingat bahwa ini bukan hanya masalah kesehatan anda, tetapi sudah menyangkut kesehatan bayi tercinta. Ini bisa dimulai dengan tidak menyediakan persediaan rokok, beli eceran pada saat ingin merokok saja. Bila terasa ingin merokok coba untuk menyikat gigi atau melakukan kegiatan lain yang menyenangkan seperti jalan-jalan dll. Perlambat waktu merokok rokok pertama setiap hari, misalnya secara bertahap diperlambat 30 atau 1 jam dari hari sebelumnya.
Karena rokok yang dihisap sebelum kehamilan tidak berpengaruh terhadap janin, sebelum memutuskan untuk hamil ada baiknya berhenti merokok. PEROKOK PASIF Berbeda dengan kasus di atas, dimana wanita yang bersangkutan adalah perokok, jauh lebih banyak lagi yang menjadi perokok pasif. Maksudnya golongan yang menghisap asap rokok dari orang sekitar yang perokok. Meski tidak merokok sama sekali, bila sehari-hari selalu berada di tengah-tengah perokok, apakah itu di tempat kerja maupun di rumah, bisa mengalami efek negatif yang hampir sama tingkatannya dengan perokok.
Untuk kasus di tempat kerja, usahakan bisa merubah posisi anda sehingga agak jauh dari asap rokok. Terutama kalau memungkinkan pindah tempat anda di sekitar tempat dengan sirkulasi udara yang baik. Untuk di rumah situasinya lebih mudah karena anda bias merundingkannya dengan suami kesempatan ini bisa dimanfaatkan oleh suami anda untuk berhenti merokok. Lebih dari itu suami perlu disadarkan akan tanggung-jawabnya terhadap calon bayi.

5)      Penyakit alat pencernaan
Merokok menghambat sekresi pankreas dan menurunkan tekanan esophagus juga mengurangi kontraksi otot polos dari lambung sehingga mendorong pembentukan tukak lambung.

6)      Stimulasi proses ketuaan
Rokok mendorong keriputan wajah sehingga menstimulasi proses ketuaan. Depigmentasi kulit, salah satu yang mendorong proses ketuaan itu. Rokok berpengaruh terhadap depigmentasi.

7)      Gigi coklat, nafas tak sedap dan bibir menghitam
Tar akan menempel pada gigi sehingga gigi akan menjadi kuning dan lama-lama menjadi kecoklatan bahkan kehitam-hitaman. Selain menodai gigi, partikel rokok juga dapat memerangkap bakteri penghasil bau mulut. Rokok dapat merubah warna bibir yang tadinya terlihat merah kian lama menjadi ungu kehitam-hitaman. Pasalnya, pengaruh suhu panas rokok saat dihisap akan merubah warna, sehingga kian lama bibir terlihat hitam.
Berbagai bahaya merokok tersebut merupakan efek yang ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia yang terkandung dalam rokok sebagaimana beberapa diantaranya telah disebutkan pada bab sebelumnya.

2. Dampak Merokok terhadap Aspek Ekonomi
Dari sudut ekonomi, perilaku merokok mempunyai implikasi biaya yang tidak sedikit, baik terhadap individu, keluarga, perusahaan maupun negara secara keseluruhan.
1) Dampak terhadap ekonomi individu
Merokok memberikan efek ketagihan terhadap orang yang mengonsumsinya. Oleh karena itu, efek ketagihan tersebut akan memancing seorang individu untuk terus-menerus membeli rokok dan mengonsumsinya. Akibatnya terhadap ekonomi individu adalah makin banyaknya biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli rokok. Belum lagi dengan penyakit yang ditimbulkan oleh rokok tersebut yang kelak juga akan memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk pengobatannya.

2) Dampak terhadap ekonomi keluarga
Dampak ekonomis merokok bagi keluarga ada tiga macam yaitu bekurangnya dana untuk membeli keperluan rumah tangga, menurunnya pendapatan karena pencari nafkah sakit akibat merokok, serta kerugian investasi biaya sumber daya manusia yaitu biaya pendidikan pencari nafkah.

3) Dampak terhadap ekonomi perusahaan
Hampir sama seperti kerugian pada tingkat keluarga, penyakit-penyakit akibat merokok menyebabkan turunnya produktivitas karyawan serta hilangnya investasi sumber daya manusia yang biasanya cukup mahal. Selain itu, biaya kesehatan perusahaan cenderung meningkat karena semakin banyaknya karyawan yang menderita penyakit-penyakit kardiovaskuler dan degeneratif yang disebabkan oleh merokok.

4) Dampak terhadap ekonomi negara
Dampak paling serius bagi pemerintah dan negara adalah terganggunya pengembangan sumber daya menusia secara nasional. Pertama, kalau transisi epidemiologis, yang dalam hal ini disebabkan oleh faktor merokok, menyebabkan terserapnya anggaran pemerintah yang semakin besar untuk rumah sakit. Dampak ekonomis lainnya adalah hilangnya produktivitas dan pemanfaatan sumber daya yang telah dikembangkan dengan biaya investasi yang sangat besar. Bayangkan seberapa besar subsidi pemerintah secara nasional untuk pendidikan SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Kematian dini sumberdaya manusia akibat merokok jelas merupakan kerugian yang kalau dihitung nilai moneternya akan menampilkan angka-angka spektakuler.
Dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat merokok secara garis besar berupa implikasi biaya yang terbagi dua yaitu :
1)      Biaya langsung yang perlu dikeluarkan individu, keluarga, perusahaan dan negara untuk penyakit yang diakibatkan oleh merokok. Disamping itu juga termasuk biaya langsung yang dikeluarkan individu untuk membeli rokok itu sendiri.
2)      Biaya tidak langsung, yaitu hilangnya produktivitas karena sakit akibat merokok, yang pada gilirannya mempengaruhi kemampuan individu atau keluarga atau perusahaan maupun negara untuk memelihara kesehatan. Akhirnya berdampak pada menurunnya pendapatan keluarga akibat sakitnya pencari nafkah keluarga serta mempengaruhi perusahaan dan negara karena hilangnya pemanfaatan sumberdaya manusia yang telah dikembangkan dengan biaya investasi yang sangat besar.
3)      Dampak Merokok terhadap Aspek Sosial
Keluarga merupakan unit interaksi terkecil dalam proses sosialisasi manusia. Seorang anak akan cenderung meniru tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan oleh keluarga dekatnya, dalam hal ini orangtua. Jika orangtua memberi contoh perilaku merokok dihadapan anaknya, maka anak tersebut akan berpikir bahwa merokok bukanlah sesuatu yang buruk sehingga mungkin sekali dia akan meniru perilaku merokok.

Budaya merokok di tempat umum juga akan mengganggu orang-orang yang bersosialisasi di sekitar seorang perokok. Bau asap rokok yang memenuhi suatu ruangan akan mengganggu pernapasan serta memerihkan mata sehingga seseorang yang tidak menyukainya dan berada di sekitar perokok tersebut bisa jadi akan menampilkan rasa tidak senangnya misalkan dengan menutup hidung atau berusaha menjauhi si perokok baik secara terang-terangan ataupun tidak.

F. Kendala Penanggulangan Rokok
Dari berbagai uraian di atas jelaslah pengaruh buruk rokok pada kesehatan dan bahkan juga perekonomian serta kemiskinan. Namun, dalam menanggulangi pengaruh buruk dari rokok tersebut ditemui berbagai macam kendala. Kendala-kendala tesebut yakni :
1. Iklan
Iklan rokok dalam segala bentuknya (media cetak,elektronik, pemberian sample, promosi, sponsor, iklan dan lain-lain) masih amat leluasa beredar di Indonesia. Beberapa studi menyimpulkan bahwa iklan rokok meningkatkan konsumsi melalui beberapa cara seperti menciptakan lingkungan yang menganggap rokok sebagai sesuatu yang positif dan biasa, mengurangi motivasi merokok untuk berhenti dan mendorong anak-anak untuk mencoba merokok. Harus diakui bahwa banyak sekali remaja mulai merokok akibat melihat iklan, apalagi yang diperankan oleh perempuan cantik atau pria gagah.

2. Peringatan di bungkus rokok
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk membuat peringatan di bungkus rokok itu bermanfaat optimal, yaitu :
Peringatan bahaya kesehatan harus setidaknya 30 – 50% dari bidang bungkus rokok dan dicetak dengan bagus serta diganti dari waktu ke waktu.
 Gunakan gambar
 yang mengungkapkan bahaya rokok, setidaknya yang berhubungan dengan salah satu atau beberpa penyakit akibat rokok. Ada informasi tentang bahan berbahaya yang terkandung dalam asap rokok.
Peringatan dan juga gambarnya harus
 tercantum pada muka depan bungkus rokok sehingga terlihat secara jelas. Kalau bisa juga ada di muka depan serta muka belakang bungkus rokok.
Kalau mungkin dibuat kemasan polos, tidak ada gambar atau tulisan apapun juga tentang merk rokok, dan yang ada hanya peringatan bahwa merokok berbahaya lengkap dengan gambarnya. Hal ini pernah dilakukan di Kanada.
Peringatan kesehatan di bungkus rokok Indonesia masihlah amat lemah sifatnya karena hanya berupa tulisan tidak tegas, diletakkan di bagian samping atau belakang bungkus rokok, tidak ada gambarnya dan tidak diganti dari waktu ke waktu.

3. Pendapat salah tentang jenis rokok
Terdapat cara penjualan menyesatkan dengan mengatakan rokok produksinya sebagai light, mild, ultra, low atau sejenisnya. Istilah itu menyesatkan karena sebenarnya tidak ada penurunan bahaya yang bermakna dengan penurunan kadar tar dan nikotin dengan cara ini. Kalau dapat dianalogikan, akibat merokok non-mild itu sama dengan orang yang jatuh dari gedung lantai 30 ke bawah, sementara kalau merokok yang tipe mild maka dampaknya seperti jatuh dari lantai 20 ke bawah, dua-duanya sama-sama hancur.
Istilah menyesatkan ini memberi kesan seakan-akan rokok yang “aman” sehingga perokok cenderung merasa “boleh” merokok. Hal ini bukan tidak mungkin perokok akan mengkonsumsi rokok lebih banyak lagi karena merasa yang dihisapnya adalah rokok yang “ringan”.

4. Kendala penanggulangan rokok dalam dunia pendidikan
Untuk Indonesia nampaknya masih banyak yang perlu dikerjakan dalam hal pendidikan kesehatan terutama yang berkaitan dengan rokok. Masih ada guru yang merokok di sekolah, atau bahkan di kelasnya, kurang gencarnya penyuluhan kesehatan di bidang merokok oleh tenaga kesehatan atau lembaga terkait seperti LSM serta masih longgarnya aturan bagi anak-anak untuk membeli bahkan menjual rokok merupakan sebagian contoh buruk yang jelas perlu ditangani segera.
5. Aspek hukum
Pendekatan dari sudut hukum dalam penanggulangan masalah merokok belum banyak dikenal di Indonesia, kendati di Negara lain telah cukup banyak dilakukan. Beberapa hal yang dapat dilakukan dan telah dilakukan di berbagai Negara adalah :
­   Kompensasi, yaitu perusahaan rokok harus membayar kerugian akibat penyakit/kematian yang ditimbulkan oleh rokok. Di Amerika Serikat telah beberapa kasus diajukan ke pengadilan yang akhirnya korban mendapat uang dari pabrik rokok untuk mengkompensasi sakit yang ditimbulkan asap rokok.
­   Memperkuat aturan hukum di suatu Negara yang berhubungan dengan masalah merokok.
­   Document disclosure yang menggali dokumen atau informasi dari perusahaan rokok.
­   Class action, yaitu para korban akibat rokok bergabung bersama untuk mengajukannya. Hal ini nampaknya dapat dilakukan sejalan dengan undang-undang perlindungan konsumen yang telah diberlakukan di Indonesia.
Beberapa LSM pernah mengajukan class action tentang iklan rokok, sayangnya kalah di pengadilan tingkat pertama.

Memang diakui bahwa upaya hukum memerlukan pengetahuan, pemahaman, sumber daya dan pengalaman di bidang hukum yang baik untuk dapat dijalankan dengan sukses. Di pihak lain, kalau berhasil maka dampaknya akan cukup bermakna. Di negara Indonesia sendiri telah ditetapkan suatu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, sayangnya implementasi PP ini belum senyata yang ada di atas kertas karena penyelenggaraannya terbilang masih sangat longgar.

6. Penelitian
Penelitian di berbagai sektor, yang meliputi prevalensi merokok, dampak kesehatan akibat rokok, pengaruh pada lingkungan, kecenderungan merokok dari waktu ke waktu, dan lain-lain. Selain penelitian pada perokok maka perlu juga dilakukan penelitian untuk mencari dan membuat diversifikasi tanaman tembakau. Penelitian dalam berbagai bentuknya belum banyak dilakukan di Indonesia.

0 comments:

Post a Comment