Wednesday, February 19, 2014

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI Fe, ASAM FOLAT dan VITAMIN C IBU YANG MELAHIRKAN BAYI BBLR DENGAN STATUS ANEMIA PADA SAAT HAMIL TRIMESTER III

Abstrak
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang. Faktor penyebabnya adalah masalah anemia defisiensi zat besi selama kehamilan. Untuk  Jawa Timur pada tahun 2005 terdapat ibu hamil dengan kasus anemia 42% dengan bayi BBLR sebanyak 65,4%. Di Kota Batu pada tahun 2005 terdapat 62,5% bayi BBLR dan di Puskesmas Beji sebesar 52%. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi Fe, asam folat dan vitamin C ibu yang melahirkan bayi BBLR dengan status anemia pada saat hamil trimester III yang merupakan penelitian analitik observasional dengan desain Cross Sectional di wilayah kerja Puskesmas Beji Kota Batu Kabupaten Malang, pada bulan Desember 2006 dengan 35 ibu yang melahirkan bayi BBLR yang menggunakan teknik Total sampling. Hasilnya ada 19 responden memiliki status anemia pada saat hamil trimester III dan 16 responden berstatus tidak anemia. Tiga responden (37,14%) berusia 27-31 tahun dan 17 responden (48,57%) berpendidikan tamat SLTP yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 15 responden (42,86%). 23 responden (65,71%) memiliki tingkat konsumsi protein dengan kategori Diatas Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan 12 responden (34,28%) termasuk kategori Sesuai AKG. Tingkat konsumsi Fe, terdapat 35 responden <30 mg/hari dengan skor frekuensi konsumsinya 50-150 (60%). Tingkat konsumsi asam folat, terdapat 29 responden (82,86%) ≥ 600-800 µg/hari dengan skor frekuensi konsumsinya 201-300 (51,43%). Sedangkan Tingkat konsumsi vitamin C terdapat 35 responden (100%) ≥ 60 mg/hari dengan skor frekuensi konsumsinya 201-300 (48,57%). Analisis chi-square didapatkan hasil signifikasi sebesar p=0,000 dengan α=0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat konsumsi Fe, asam folat dan vitamin C ibu yang melahirkan bayi BBLR dengan status anemia pada saat hamil trimester III.
Kata Kunci : Mikronutrien, Anemia, BBLR.



PENDAHULUAN
Sampai saat ini bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang. Penelitian Villiar dkk tahun 1992 menunjukkan bahwa angka kejadian bayi BBLR di negara berkembang 4 kali lebih besar dibandingkan di negara maju yaitu sebesar 82,3%1. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor resiko bayi BBLR, yang secara garis besar disebabkan oleh faktor  ibu, janin, dan plasenta. Diantara faktor-faktor tersebut, masalah anemia defisiensi zat besi selama kehamilan merupakan faktor resiko yang menarik untuk dikaji, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia karena prevalensinya berdasarkan SKRT cukup tinggi (70%)2 . Untuk  Jawa Timur pada tahun 2005 terdapat ibu hamil dengan kasus anemia 42%. Sedangkan bayi yang lahir dalam keadaan BBLR sebanyak 65,4%3. Di Kota Batu pada tahun 2005 terdapat 62,5% bayi yang lahir dengan keadaan BBLR. Dari hasil laporan empat puskesmas di Batu, diperoleh prosentase bayi BBLR tertinggi di Puskesmas Beji yaitu sebesar 52%4. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi Fe, asam folat dan vitamin C ibu yang melahirkan bayi BBLR dengan status anemia pada saat hamil trimester III.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian adalah Cross Sectional. Besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 35 ibu yang melahirkan bayi BBLR dengan status anemia dan tidak anemia pada saat hamil trimester III mulai Januari 2005 sampai Desember 2006 di wilayah kerja Puskesmas Beji dengan menggunakan teknik total sampling. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Beji Kecamatan Beji kota Batu di bulan Desember 2006. Instrumen yang digunakan adalah Kuesioner terbuka/tertutup, Form Food Frequency Questionaire (FFQ), Form Recall 24 jam, Food processor program SPSS versi 11,0, Kalkulator, Food models. Dari data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan cara diskriptif dan analitik. Cara analitik menggunakan uji statistik untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi Fe, asam folat, dan vitamin C pada status anemia ibu hamil trimester ketiga terhadap BBLR memakai uji Chi-square pada tingkat kepercayaan 95%. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 11,0.

HASIL PENELITIAN
Ada 35 responden yang melahirkan bayi BBLR dengan 19 responden memiliki status anemia pada saat hamil trimester III dan 16 responden berstatus tidak anemia. Terdapat 13 responden (37,14%) berusia 27-31 tahun dan 17 responden (48,57%) berpendidikan tamat SLTP dengan pekerjaan utama sebagai ibu rumah tangga sebanyak 15 responden (42,86%).
Tingkat Konsumsi Protein
Distribusi tingkat konsumsi protein responden terdapat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein
Tingkat Konsumsi Protein
Jumlah (n)
%
Diatas AKG
Sesuai AKG
Dibawah AKG
23
12
0
65,71
34,28
  0  
Jumlah
  35
  100
Berdasarkan pada tabel 16 diketahui bahwa terdapat 23 responden (65,71%) memiliki tingkat konsumsi protein dengan kategori Diatas AKG dan 12 responden (34,28%) termasuk kategori sesuai AKG.


Tingkat Konsumsi Fe, Asam Folat dan Vitamin C
Untuk tingkat konsumsi Fe ibu yang melahirkan bayi BBLR dengan status anemia dan tidak anemia pada trimester III <30 mg/hari sebanyak 100% dengan skor frekuensi konsumsinya 50-150 (60%).  
Pemberian asam folat pada wanita hamil tidak saja berguna untuk perkembangan otak sejak janin berwujud embrio, tetapi menjadi kunci penting pertumbuhan fungsi otak yang sehat selama kehamilan. Pada tabel 2-3 dapat diketahui bahwa untuk tingkat konsumsi asam folat responden ≥ 600-800 µg/hari sebanyak 82,86% dengan skor frekuensi konsumsinya 201-300 (51,43%).  
Selain pemberian zat besi dan asam folat, salah satu cara penanggulangan anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah yang banyak dan sesuai kecukupan gizinya. Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membantu absorbsi zat besi pada ibu hamil. Dari tabel 2-3 dapat diketahui bahwa untuk tingkat konsumsi vitamin C responden ≥ 60 mg/hari sebanyak 100% dengan skor frekuensi konsumsinya 201-300 (48,57%).



Tabel 2.  Hubungan Karakteristik Status Anemia Responden Dengan Tingkat Konsumsi Fe, Asam Folat dan Vitamin C
               Status Anemia

Karakteristik

Kadar Hb
α
p
p < α
< 11 mg/dL
≥ 11 mg/dL
n
%
n
%
Tingkat Konsumsi Fe :
< 30 mg/hari
≥ 30 mg/hari

19
0

54,28
0

16
0

45,72
0
0,05
0,000
0,000<0,05
Tingkat Konsumsi Asam Folat :
< 600-800 µg/hari
≥ 600-800 µg/hari


6
0


17,14
100


0
29


0
82,86
0,05
0,000
0,000<0,05
Tingkat Konsumsi Vitamin C :
< 60 mg/hari
≥ 60 mg/hari


0
19


0
54,28


0
16


0
45,72
0,05
0,000
0,000<0,05
  

Tabel 3. Hubungan Karakteristik Status Anemia Responden Dengan Skore Frekuensi Tingkat Konsumsi Fe, Asam Folat dan Vitamin C
               Status Anemia

Skor Frekuensi
Kadar Hb
α
p
p < α
< 11 mg/dL
≥ 11 mg/dL
n
%
N
%
Tingkat Konsumsi Fe :
< 50
50-150
151-250
251-350
> 350

2
17
2
0
0

5,71
48,57
5,71
0
0

0
4
5
3
2

0
11,43
14,29
8,57
5,71
0,05
0,000
0,000<0,05
Tingkat Konsumsi Asam Folat :
100-200
201-300
301-400
401-500
> 500


7
10
4
0
0


20
28,57
11,43
0
0


0
8
1
4
1


0
22,86
2,85
11,43
2,85
0,05
0,000
0,000<0,05
Tingkat Konsumsi Vitamin C :
< 100
100-200
201-300
301-400
401-500


1
4
14
2
1


2,85
11,43
40
5,71
2,85


0
2
3
3
5


0
5,71
8,57
8,57
14,29
0,05
0,000
0,000<0,05
  
Status Anemia Responden
Adapun status anemia ibu yang melahirkan bayi BBLR dengan status anemia pada saat hamil trimester III terdapat pada tabel 4.
Tabel 4.Distribusi Status Anemia Responden
Kadar Hb
Jumlah (n)
%
< 11 mg/dL
≥ 11 mg/dL
19
16
54,28
45,72
Dari tabel 4. dapat diketahui bahwa status anemia ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan kadar Hb nya terdapat 54,28% dengan kadar Hb <11 mg/dL dan 45,72% dengan kadar Hb ≥11 mg/dL. 

Analisis Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 2 dan 3 di atas dengan menggunakan uji statistik chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dengan p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat konsumsi Fe, asam folat dan vitamin C dengan status anemia ibu pada saat hamil trimester III terhadap bayi BBLR yang dilahirkannya. Sedangkan berdasarkan tabel 4, didapatkan p<0,05 (0,000<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan antara status anemia ibu dengan bayi BBLR yang dilahirkan.

PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, tingkat konsumsi protein responden termasuk kategori diatas AKG yaitu sebesar 65,71%. Namun jenis protein yang dikonsumsi adalah protein nabati yang terdapat pada kacang-kacangan, tempe dan tahu dengan jumlah yang tidak sesuai AKG. Hal ini tidak dapat membantu untuk meningkatkan kadar Hb karena jenis protein yang dapat berpengaruh pada peningkatan Hb adalah protein hewani yang terdapat pada daging, ayam, ikan, telur, susu dan mentega. Berdasarkan kondisi sosial ekonomi dan jenis pekerjaan responden, maka hal ini merupakan suatu kendala yang  sangat mempengaruhi daya beli keluarga.
Jenis sayuran yang lebih banyak dikonsumsi responden adalah bayam, kangkung, daun singkong dan daun melinjo. Sayuran tersebut mempunyai kandungan zat gizi yang cukup tinggi namun tidak dikonsumsi sesuai kecukupan nilai gizinya. Asam folat terdapat pada hampir setiap sayuran yang berdaun hijau segar, jeruk, kentang dan serealia. Dalam penelitian ini, pola konsumsi responden sudah sesuai dan hal ini dapat dilihat dari frekuensi sayuran yang sering mereka konsumsi yaitu bayam, daun singkong, kangkung, sawi dan kentang. Tetapi kandungan asam folat yang ada di dalamnya akan terbuang sia-sia jika pengolahan yang tidak tepat seperti memasak sayuran tersebut sampai mendidih dan berwarna kecoklatan.
Interaksi antara vitamin C dengan zat besi merupakan contoh interaksi yang menguntungkan, karena vitamin C dapat meningkatkan kelarutan zat besi sehingga akan lebih mudah diserap oleh tubuh. Pada penelitian ini tingkat konsumsi vitamin C responden sudah cukup baik namun untuk tingkat konsumsi Fe responden yang masih rendah sehingga hal tersebut tidak dapat membantu dalam meningkatkan kadar Hb.
Penyebab utama anemia gizi khususnya pada ibu hamil disebabkan karena kurangnya ketersediaan zat besi dalam tubuhnya sehingga diperlukan pemberian suplemen zat besi mulai awal kehamilan sampai dua bulan setelah melahirkan. Seluruh responden yang berjumlah 35 orang juga mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) yang mereka peroleh dari bidan di polindes atau puskesmas saat mereka memeriksakan kandungannya atau pada saat ada posyandu. Akan tetapi pada penelitian ini didapatkan 13 responden (37,14%) yang menerima TTD pada umur kehamilan 4-6 bulan, 10 responden (28,57%) menerima TTD pada umur kehamilan 7-9 bulan dan 12 responden (34,28%) menerima TTD di usia kehamilan 1-3 bulan. Dari 35 responden terdapat 31 responden (88,57%) mendapatkan TTD sebanyak 30 tablet selama 1 bulan dan 4 responden (11,43%) mendapat TTD sebanyak 30 tablet selama > 3 bulan. Seluruh responden juga telah menghabiskan TTD yang diberikan oleh bidan dengan aturan minum tiap hari 1 tablet.  Salah satu faktor yang menyebabkan tidak sesuainya pemberian TTD pada ibu hamil adalah karena faktor keefektivitasan dan biaya yang mahal untuk pembelian TTD oleh Puskesmas Beji sehingga pemberiannya tidak sesuai dengan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh ibu hamil. Adanya keluhan dari ibu-ibu yang diberi pil besi yaitu berupa gangguan saluran cerna bagian atas (nausea, sakit lambung, muntah) dan bawah (diare, konstipasi) . Keluhan ini dapat dikurangi dengan pemberian pil besi yang sifatnya slow release. Hal tersebut tidak terjadi pada seluruh responden dalam penelitian ini karena hanya 6 responden yang merasakan keluhan mual setelah minum TTD dan 2 responden yang mengeluh muntah.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tingkat konsumsi zat besi, asam folat, vitamin C dan pemberian suplemen zat besi sangat mempengaruhi resiko terjadinya anemia pada ibu hamil dan bayi BBLR yang dilahirkannya.

KESIMPULAN
1.    Faktor yang menjadi penyebab dari BBLR adalah anemia yang terjadi pada saat hamil trimester III. Anemia yang banyak dialami disebabkan karena tingkat konsumsi zat besi, asam folat dan vitamin c yang kurang dari kecukupan gizinya.
2.    Kurangnya tingkat pengetahuan dan pendidikan tentang pola makan yang seimbang dan beraneka ragam selama hamil serta kondisi ekonomi keluarga yang dapat mempengaruhi daya beli juga merupakan salah satu faktor penyebab anemia dan BBLR.

DAFTAR PUSTAKA
1.    Davidson, dkk. 2002.  Prematurity and fetal growth restrictionEarly Hum Dev 81(1): 43-49.
2.    DinKes Batu. 2005. Laporan Tahunan Kesehatan Kota Batu. DinKes Batu: Batu.
3.    DinKes Jawa Timur. 2005. Laporan Tahunan Prevalensi Empat Masalah Gizi Jawa Timur. DinKes Jatim: Surabaya.
4.    Direktorat Gizi Indonesia.  2003Upaya Mensukseskan Program Perbaikan Gizi IndonesiaDepKes RI: Jakarta.
5.    G. Argana. 2002. Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Hb pada WUS Umur 20-35 Tahun. FKM UI: Jakarta.
6.    Golub, MS.  1995.  Development Zink Defficiency and Behaviorral. J.Nutr. 125:2263S-2271S.
7.    Guthrie, H.A.  Introductory Nutrition. Mosby Company. London.
8.    Hambidge, K.M.  1997.  Zinc Defficiency in Young Children. Am. J. Clin. Nutr. 65:160.
Hardinsyah, 1999. Data dasar Studi Intervensi Biskuit Multi Gizi Ibu Hamil pada Tumbuh Kembang Anak yang dilahirkan. Jurusan Gizi Masyarakat &