BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengetahuan
A.1.
Defenisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan pada satu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, indra pendengaran, penciuman,
penglihatan, rasa, raba dan sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Sunaryo, 2004).
Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Rogers
(1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri
orang tersebut sehingga terjadi suatu proses berurutan (akronim AIETA), yaitu :
1.
Awarenes, dimana orang tersebut menyadari
pengetahuan terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek).
2.
Interest dimana orang mulai tertarik kepada
stimulus.
3.
Evaluation, merupakan suatu keadaan
mempertimbangkan terhadap baik buruknya
stimulus tersebut bagi dirinya.
4.
Trial, dimana orang telah mulai mencoba
perilaku baik.
5.
Adaptation, individu telah berprilaku baru
sesuai dengan pengetahuan sikap.
A.2.
Tingkat Pengetahuan
Tingkat
pengetahuan menurut (Sunaryo, 2004) mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a.
Tahu
(know).
Tahu diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari dari sebelumnya, termasuk didalam
pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spefisik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b.
Memahami
(comprehension)
Memahami diartikan suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c.
Aplikasi
(Aplication).
Aplikasi diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya.
d.
Analisa
(Analisa).
Suatu kemampuan untuk
menjabarkan suatu materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih
didaklam structur organisasai tersebut dan ada kaitannya satu sama lain.
e.
Sintesisi
(Senthesis).
Sintesis menunjukan kepada
suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
f.
Evaluasi
( Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian suatu materi atau objek
penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
B. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
B.1.
Umur
Umur adalah lamanya
seseorang hidup sejak dilahirkan sampai saat ini. Umur merupakan periode
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Semakin bertambahnya
umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang dimiliki
(Notoadmojo,2003).
B.2.
Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga dalam pendidikan itu
perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan seseorang) dan hubungan dengan
proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru
(Notoadmojo,2003).
B.3.
Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan
sehari-hari yang dilakuakan ibu untuk memenuhi kebutuhannya, bila kita ingin
melihat pekerjaan mayoritas dari ibu karena kemungkinan sebagian ibu bukanlah
pekerja yang berpenghasilan cukup sehingga kebanyakan ibu menganggap social
ekonomi keluarga akan mengganggu dalam pemenuhan nnutrisi anaknya
(Notoadmojo,2003). Factor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih
menerima ide-ide dan teknologi baru (Notoadmojo, 2003).
B.4.
Sumber Informasi
Sumber informasi adalah
segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi.
Mempengaruhi kemampuan, semakin banyak sumber informasi yang diperoleh maka
semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Media informasi untuk komunikasi
massa terdiri
dari media cetak yaitu surat
kabar , majalah, buku. Media elektronik yaitu radio, TV, film, dan sebagainya
(Notoadmodjo, 2003).
C. SUSU FORMULA
C.1.
Defenisi
Susu adalah cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar (mammae) baik binatang maupun seorang ibu. Susu
formula adalah cairan yang berisi zat-zat didalamnya tidak mengandung antibody,
sel darah putih, zat pembunuh bakteri, enzim, hormone dan factor pertumbuhan
(Roesli, 2000).
C.2.
Jenis-Jenis Susu Formula
Susu formula terbuat dari
susu sapi, susu kedelai, protein hidrolisa yang susunan gizinya diubah
sedemikian rupa sehingga mendekati susunan zat gizi dalam ASI. Di Indonesia
telah beredar berbagai macam susu formula dengan berbagai merek dagang, akan
tetapi susu formula dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu sebagai berikut:
1.
Susu
formula “adapted”
“Adapted” berarti
disesuaikan dengan fisiologis bayi, susu formula ini komposisinya sangat
mendekati ASI, sehingga cocok untuk digunakan bagi bayi baru lahir sampai umur
4 bulan. Formula “adapted” yang beredar di Indonesia antara lain: Vitalac,
Nutrilion, Bebelac, Dumex dan Enfamil.
2.
Susu
formula “complete starting”
Susunan zat gizi dalam
susu formula ini sudah lengkap sehingga dapat diberikan sebagai susu awal
(permulaan). Berbeda dengan susu formula “adapted”, kadar protein dan
mineralnya lebih tinggi dibandingkan susu formula “adapted”, karena cara
pembuatan susu formula “complete starting” lebih mudah dibandingkan dengan susu
formula “adapted” maka harga susu formula “complete starting” lebih murah. Susu
formula “complete starting” yang beredar di Indonesia antara lain: SGM-1,
Lactogen-1, dan New Camelpo.
3.
Susu
formula “follow-up”
Pengertian
“follow-up” dalam susu formula ini adalah lanjutan, yaitu mengganti susu
formula yang sedang digunakan dengan dengan susu formula “follow-up”. Susu
formula ini digunakan pada bayi yang berumur 6 bulan ke atas. Pada umumnya susu
formula ini mengandung protein dan mineral. Contoh susu formula “follow-up”
yaitu antara lain: Lactogen-2, SGM-2, Chilmil, Promil dan Nutrima (Muchadi,
1996)
C.3. Dampak-dampak Pemberian Susu
Formula
Berbagai
dampak negative yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula,
antan lain :
1)
Pencemaran
Susu buatan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu
menggunakan botol dan tidak merebusnya setiap selesai memberi minum. Bakteri
tumbuh sangat cepat pada minuman buatan.
2)
Infeksi
Susu formula tidak mengandung antibody untuk melindungi
tubuh bayi terhadap infeksi. Bayi yang diberi susu formula lebih sering sakit
diare dan infeksi saluran nafas.
3)
Pemborosan
Ibu dari kelompok ekonomi rendah mungkin tidak mampu membeli
cukup susu formula untuk bayinya. Mereka mungkin memberi dalam jumlah lebih
sedikit dan mungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu kedalam botol, sebagai
akibatnya bayi yang diberi susu formula sering kelaparan dan akhirniya dapat
menyebabkan kurangnya gizi pada bayi
4)
Kekurangan
Vitamin
Susu formula tidak mengandung vitamin yang cukup untuk
bayi. Menurut Richard dan Victor (1992), ASI mengandung lebih banyak vitamin C
dan vitamin D.
5)
Kekurangan
Zat Besi
Zat besi dari susu formula tidak diserap sempurna seperti
zat besi da ASL Bayi yang diberi minuman buatan seperti susu formula dapat
terkena anemia karena kekurangan zat besi.
6)
Lemak
Yang Tidak Cocok
Susu formula yang terbuat ddari susu sapi mengandung
banyak asam lemak jenuh dibandingkan ASI. Untuk pertumbuhan bayi yang sehat di
perlukan asam lemak esensial dan asam linoleat yang cukup, dan mungkin juga
tidak mengandung kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan otak dan sebagai penyebab
kegemukan (obesitas) pada bayi, dan sebagian susu formula tidak banyak
mengandung energi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan bayi.
7)
Protein
Yang Tidak Cocok
Susu formula mengandung terlalu banyak kasein, Kasein mengandung campuran asam amino
yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan atau dicerna oleh ginjal bayi yang belum
sempurna. Petugas kesehatan sering menganjurkan kepada ibu-ibu untuk
mengencerkan susu formula dengan air untuk mengurangi protein total. Tetapi
susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial yang cukup yang
diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.
8)
Tidak
Bisa Dicerna
Susu formula Iebih sulit dicema karena tidak mengandung
enzim lipase untuk mencema lemak. Karena susu formula lambat dicerna maka Iebih
lama untuk mengisi lambung bayi dari pada ASI, akibatnya bayi tidak cepat
lapar. Bayi yang diberi susu formula bisa dapat menderita sembelit, yaitu tinja
menjadi lebih keras dan tebal (Nelson,2000).
9)
Alergi
Bayi yang diberi susu formula terlalu dini kemungkinan
menderita lebih banyak masalah alergi, misalnya : asma. Penggunaan susu formula
yang tidak tepat dapat menimbulkan bahaya.
Menurut Nursalam (2005), ada
3 (tiga) macam bahaya yang ditimbulkan akibat pemberian susu formula path bayi :
(1)
Infeksi
: dapat menyebabkan bayi menderita diare. Bayi dengan susu formula 4 kali Iebih
banyak terkena diare dibandingkan dengan yang diberi ASI. Infeksi umumnya
disebabkan karena bakteri.
(2)
Oral
moniliasis : infeksi yang disebabkan jamur pada susu yang juga menimbulkan
diare, pada bayi yang mengkonsumsi susu formula 6 kali lebih banyak terkena
moniliasis pada mulut bayi.
(3)
Marasmus
gizi : suatu keadaan gizi buruk yang disebabkan kekurangan kalori dan protein.
Pengenceran susu dengan air yang melebihi ketentuan bukan saja menurunkan kadar
kalori tetapi juga kadar protein, sehingga kebutuhan bayi akan kedua zat gizi
utama tersebut tidak terpenuhi.
C.4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula pada bayi
Susu formula merupakan
alternatif pemberian susu yang terbaik pada keadaan tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu
memberikan susu formula pada bayi karena dalam keadaan-keadaan tertentu. Yang
termasuk kedaan tertentu yaitu: keluarga memutuskan untuk tidak menyusui bayi
atau ibu tidak mampu menyusui karena suatu penyakit tertentu seperti: TBC,
AIDS. Pada ibu yang dengan waktu yang tidak memungkinkan untuk menyusui bayi
dikarenakan pekerjaan ibu, susu formula sebagai pengganti ASI dan pelengkap ASI
jika produksi susu tidak mencukupi dan seperti bayi yang diadopsi yang harus
diberikan susu formula sabagai ganti dari ASI (Jensen, 2004).
C.5. Komposisi Susu Formula
Susu sapi (susu formula)
dan ASI mengandung dua macam protein utama, yaitu whey dan kasein (casein). Whey adalah protein halus,
lembut, dan mudah dicerna. Kasein adalah protein yang bentuknya kasar,
bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi. Protein susu yang yang utama
adalah whey, sedangkan susu sapi yang utama adalah casein, ASI mengandung
alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung lactoglobulin dan bovine serum
albumin yang sering menyebabkan alergi. Susu sapi tidak mengandung taurin, taurin
adalah protein otak, susunan saraf juga penting untuk pertumbuhan retina, mengandung
kalsium, sedikit mengandung zat besi, mengandung natrium, kalium, fosfor dan
chlor dan susu formula tidak terdapat sel darah putih, zat pembunuh bakteri
anti bodi, mengandung enzim, hormon dan juga tidak mengandung faktor
pertumbuhan.
C.5. Masalah gizi pada bayi yang
diberi susu formula
Susu formula terbuat dari
susu sapi ataupun kedelai yang diperuntukkan khusus untuk bayi. Teknologi
pembuatan susu formula dikembangkan secara terus-menerus, tetapi walaupun
demikian, susu formula tidak dapat menyamai ASI.
Komposisi gizi ASI
menyediakan kekebalan tambahan terhadap infeksi kecil sekali menyebabkan
alergi.
Zat-zat utama ASI antara
lain : gula (laktosa), protein yang mudah dicerna (air dadi dan kasein), lemak
(asam lemak yang mudah dicerna), selain itu ada banyak mineral, vitamin dan
enzim yang dapat membantu proses pencernaan. Susu formula hanya dapat mendekati
kombinasi ini, dan tidak dapat memberikan enzim, antibody serta zat-zat lain
yang sangat berharga seperti pada susu ibu (Shelove, 2005)
0 comments:
Post a Comment