Saturday, June 29, 2013

Gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada Bayi 0-6 Bulan BAB II




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Pengetahuan
A.1. Defenisi
             Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan pada satu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, indra pendengaran, penciuman, penglihatan, rasa, raba dan  sebagian  besar  pengetahuan  manusia  melalui  mata  dan  telinga (Sunaryo, 2004).
            Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses berurutan (akronim AIETA), yaitu :
1.    Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap   stimulus (objek).
2.    Interest dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.
3.    Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya  stimulus tersebut bagi dirinya.
4.    Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baik.
5.    Adaptation, individu telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan sikap.
A.2. Tingkat Pengetahuan
            Tingkat pengetahuan menurut (Sunaryo, 2004) mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a.    Tahu (know).
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari dari sebelumnya, termasuk didalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spefisik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.  
b.    Memahami (comprehension)
Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c.    Aplikasi (Aplication).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d.    Analisa (Analisa).
Suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didaklam structur organisasai tersebut dan ada kaitannya satu sama lain.



e.    Sintesisi (Senthesis).
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f.     Evaluasi ( Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

B.  Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
B.1. Umur
Umur adalah lamanya seseorang hidup sejak dilahirkan sampai saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang dimiliki (Notoadmojo,2003).
B.2. Pendidikan 
Pendidikan  merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga dalam pendidikan itu perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan seseorang) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (Notoadmojo,2003).
B.3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakuakan ibu untuk memenuhi kebutuhannya, bila kita ingin melihat pekerjaan mayoritas dari ibu karena kemungkinan sebagian ibu bukanlah pekerja yang berpenghasilan cukup sehingga kebanyakan ibu menganggap social ekonomi keluarga akan mengganggu dalam pemenuhan nnutrisi anaknya (Notoadmojo,2003). Factor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (Notoadmojo, 2003).
B.4. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi. Mempengaruhi kemampuan, semakin banyak sumber informasi yang diperoleh maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Media informasi untuk komunikasi massa terdiri dari media cetak yaitu surat kabar , majalah, buku. Media elektronik yaitu radio, TV, film, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2003).


 
C. SUSU FORMULA
C.1. Defenisi
Susu adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar (mammae) baik binatang maupun seorang ibu. Susu formula adalah cairan yang berisi zat-zat didalamnya tidak mengandung antibody, sel darah putih, zat pembunuh bakteri, enzim, hormone dan factor pertumbuhan (Roesli, 2000).
C.2. Jenis-Jenis Susu Formula
Susu formula terbuat dari susu sapi, susu kedelai, protein hidrolisa yang susunan gizinya diubah sedemikian rupa sehingga mendekati susunan zat gizi dalam ASI. Di Indonesia telah beredar berbagai macam susu formula dengan berbagai merek dagang, akan tetapi susu formula dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu sebagai berikut:
1.    Susu formula “adapted”
“Adapted” berarti disesuaikan dengan fisiologis bayi, susu formula ini komposisinya sangat mendekati ASI, sehingga cocok untuk digunakan bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Formula “adapted” yang beredar di Indonesia antara lain: Vitalac, Nutrilion, Bebelac, Dumex dan Enfamil.
2.    Susu formula “complete starting”
Susunan zat gizi dalam susu formula ini sudah lengkap sehingga dapat diberikan sebagai susu awal (permulaan). Berbeda dengan susu formula “adapted”, kadar protein dan mineralnya lebih tinggi dibandingkan susu formula “adapted”, karena cara pembuatan susu formula “complete starting” lebih mudah dibandingkan dengan susu formula “adapted” maka harga susu formula “complete starting” lebih murah. Susu formula “complete starting” yang beredar di Indonesia antara lain: SGM-1, Lactogen-1, dan New Camelpo.
3.    Susu formula “follow-up”
Pengertian “follow-up” dalam susu formula ini adalah lanjutan, yaitu mengganti susu formula yang sedang digunakan dengan dengan susu formula “follow-up”. Susu formula ini digunakan pada bayi yang berumur 6 bulan ke atas. Pada umumnya susu formula ini mengandung protein dan mineral. Contoh susu formula “follow-up” yaitu antara lain: Lactogen-2, SGM-2, Chilmil, Promil dan Nutrima (Muchadi, 1996)
C.3. Dampak-dampak Pemberian Susu Formula
Berbagai dampak negative yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antan lain :
1)    Pencemaran
Susu buatan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu menggunakan botol dan tidak merebusnya setiap selesai memberi minum. Bakteri tumbuh sangat cepat pada minuman buatan.

2)    Infeksi
Susu formula tidak mengandung antibody untuk melindungi tubuh bayi terhadap infeksi. Bayi yang diberi susu formula lebih sering sakit diare dan infeksi saluran nafas.
3)    Pemborosan
Ibu dari kelompok ekonomi rendah mungkin tidak mampu membeli cukup susu formula untuk bayinya. Mereka mungkin memberi dalam jumlah lebih sedikit dan mungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu kedalam botol, sebagai akibatnya bayi yang diberi susu formula sering kelaparan dan akhirniya dapat menyebabkan kurangnya gizi pada bayi
4)    Kekurangan Vitamin
Susu formula tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. Menurut Richard dan Victor (1992), ASI mengandung lebih banyak vitamin C dan vitamin D.
5)    Kekurangan Zat Besi
Zat besi dari susu formula tidak diserap sempurna seperti zat besi da ASL Bayi yang diberi minuman buatan seperti susu formula dapat terkena anemia karena kekurangan zat besi.

6)    Lemak Yang Tidak Cocok
Susu formula yang terbuat ddari susu sapi mengandung banyak asam lemak jenuh dibandingkan ASI. Untuk pertumbuhan bayi yang sehat di perlukan asam lemak esensial dan asam linoleat yang cukup, dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan otak dan sebagai penyebab kegemukan (obesitas) pada bayi, dan sebagian susu formula tidak banyak mengandung energi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan bayi.
7)    Protein Yang Tidak Cocok
Susu formula mengandung terlalu banyak kasein, Kasein mengandung campuran asam amino yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan atau dicerna oleh ginjal bayi yang belum sempurna. Petugas kesehatan sering menganjurkan kepada ibu-ibu untuk mengencerkan susu formula dengan air untuk mengurangi protein total. Tetapi susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial yang cukup yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.
8)    Tidak Bisa Dicerna
Susu formula Iebih sulit dicema karena tidak mengandung enzim lipase untuk mencema lemak. Karena susu formula lambat dicerna maka Iebih lama untuk mengisi lambung bayi dari pada ASI, akibatnya bayi tidak cepat lapar. Bayi yang diberi susu formula bisa dapat menderita sembelit, yaitu tinja menjadi lebih keras dan tebal (Nelson,2000).
9)    Alergi
Bayi yang diberi susu formula terlalu dini kemungkinan menderita lebih banyak masalah alergi, misalnya : asma. Penggunaan susu formula yang tidak tepat dapat menimbulkan bahaya.
Menurut Nursalam (2005), ada 3 (tiga) macam bahaya yang ditimbulkan akibat pemberian susu formula path bayi :
(1)    Infeksi : dapat menyebabkan bayi menderita diare. Bayi dengan susu formula 4 kali Iebih banyak terkena diare dibandingkan dengan yang diberi ASI. Infeksi umumnya disebabkan karena bakteri.
(2)    Oral moniliasis : infeksi yang disebabkan jamur pada susu yang juga menimbulkan diare, pada bayi yang mengkonsumsi susu formula 6 kali lebih banyak terkena moniliasis pada mulut bayi.
(3)    Marasmus gizi : suatu keadaan gizi buruk yang disebabkan kekurangan kalori dan protein. Pengenceran susu dengan air yang melebihi ketentuan bukan saja menurunkan kadar kalori tetapi juga kadar protein, sehingga kebutuhan bayi akan kedua zat gizi utama tersebut tidak terpenuhi.
C.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula pada bayi

Susu formula merupakan alternatif pemberian susu yang terbaik pada keadaan tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula pada bayi karena dalam keadaan-keadaan tertentu. Yang termasuk kedaan tertentu yaitu: keluarga memutuskan untuk tidak menyusui bayi atau ibu tidak mampu menyusui karena suatu penyakit tertentu seperti: TBC, AIDS. Pada ibu yang dengan waktu yang tidak memungkinkan untuk menyusui bayi dikarenakan pekerjaan ibu, susu formula sebagai pengganti ASI dan pelengkap ASI jika produksi susu tidak mencukupi dan seperti bayi yang diadopsi yang harus diberikan susu formula sabagai ganti dari ASI (Jensen, 2004).
C.5. Komposisi Susu Formula
Susu sapi (susu formula) dan ASI mengandung dua macam protein utama, yaitu whey dan kasein (casein). Whey adalah protein halus, lembut, dan mudah dicerna. Kasein adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi. Protein susu yang yang utama adalah whey, sedangkan susu sapi yang utama adalah casein, ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung lactoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. Susu sapi tidak mengandung taurin, taurin adalah protein otak, susunan saraf juga penting untuk pertumbuhan retina, mengandung kalsium, sedikit mengandung zat besi, mengandung natrium, kalium, fosfor dan chlor dan susu formula tidak terdapat sel darah putih, zat pembunuh bakteri anti bodi, mengandung enzim, hormon dan juga tidak mengandung faktor pertumbuhan.
C.5. Masalah gizi pada bayi yang diberi susu formula
Susu formula terbuat dari susu sapi ataupun kedelai yang diperuntukkan khusus untuk bayi. Teknologi pembuatan susu formula dikembangkan secara terus-menerus, tetapi walaupun demikian, susu formula tidak dapat menyamai ASI.
Komposisi gizi ASI menyediakan kekebalan tambahan terhadap infeksi kecil sekali menyebabkan alergi.
Zat-zat utama ASI antara lain : gula (laktosa), protein yang mudah dicerna (air dadi dan kasein), lemak (asam lemak yang mudah dicerna), selain itu ada banyak mineral, vitamin dan enzim yang dapat membantu proses pencernaan. Susu formula hanya dapat mendekati kombinasi ini, dan tidak dapat memberikan enzim, antibody serta zat-zat lain yang sangat berharga seperti pada susu ibu (Shelove, 2005)

0 comments:

Post a Comment